Jumat, 08 Mei 2015

Kilas Balik Pendidikan di Indonesia


                Pendidikan merupakan salah satu tonggak kemajuan bangsa. Pendidikan diharapkan menjadi wadah untuk mencetak generasi penerus bangsa yang dapat membawa Indonesia untuk bersaing dengan negara maju lainnya di dunia. Namun, untuk mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas tidak semudah membalik telapak tangan. Begitu banyak rintangan dan banyak perbaikan sana-sini untuk mencapai tujuan utama.
                Masalah utama dari pendidikan di Indonesia yang hingga saat ini masih belum dapat diatasi adalah masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, dan masalah relevansi pendidikan.
1.      Masalah Pemerataan Pendidikan
Pendidikan di Indonesia masih belum bisa memberikan kesempatan kepada seluruh anak negeri untuk mendapatkan pendidikan yang setara. Tidak usah kita mencari contoh yang jauh, cukup yang dekat daja semisal di Malang. Kota Malang dengan segala fasilitasnya dan dipandang lebih maju dari kota-kota kecil lainnya (seperti Probolinggo dan Pasuruan), ternyata masih memiliki sekolah yang tidak terawat, tidak memiliki fasilitas lebih, dan siswa-siswanya yang masih tidak mengenakan sepatu. Padahal, lokasi sekolah cukup dekat dengan pusat kota. Miris bukan? Hal inilah yang masih menjadi masalah krusial bangsa Indonesia. Padahal, sudah tertulis di undang-undang bab XI, pasal 17 bahwa “Setiap  Indonesia rnempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarar-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu dipenuhi.”
                Masalah pemerataan pendidikan dipandang penting bagi anak-anak, agar mereka dapat mengenyam bangku sekolah dasar. Karena dari sekolah dasarlah mereka mendapatkan kemampuan membaca, menulis dan menghitung sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan informasi maupun teknologi yang semakin dinamis.
2.      Masalah Mutu Pendidikan
                Mutu pendidikan akan dipermasalahkan jika pendidikan belum mencapai hasil yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran rersebut terjun ke lapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk kerja.
                Pada akhirnya, mutu pendidikan dilihat dari kualitas keluarannya. Hingga saat ini, untuk mengukur kualitas output, pendidikan Indonesia masih mengasosiasikannya dengan hasil belajar seperti Ujian Nasional, SBMPTN, SIPENMARU, dsb. Nilai-nilai tersebut masih digunakan untuk menggambarkan hasil pendidikan Indonesia.
                Padahal, jika Indonesia masih menerapkan hasil belajar sebagai tolak ukur kualitas outputnya, maka cenderung orang-orang akan terfokus kepada nilainya sehingga mereka dapat melakukan berbagai cara agar hasil belajar mereka menjadi terlihat cemerlang. Ini sama halnya dengan memikirkan kuantitas daripada kualitas. Mengapa? Iya jelas karena mereka mau melakukan apapun demi hasil belajar mereka menjadi yang terbaik. Sebagai contoh saja, sudah menjadi rahasia umum bahwa pada pelaksanaan Ujian Nasional terdapat beberapa oknum yang menjual kunci jawaban Ujian Nasional kepada siswa, bahkan kepada guru. Hal ini mereka lakukan agar nilai Ujian Nasional mereka menjadi yang terbaik. Untuk sekolah yang rela melakukan transaksi jual beli kunci jawaban ini, semata untuk menjaga akreditasi sekolah agar tidak turun.
                Inilah yang harus segera ditindak lanjuti. Bukan hanya menindak lanjuti para oknum-oknum penjual kunci jawaban, tetapi juga menindak lanjuti sistem pengukuran kualitas output pendidikannya.
3.      Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiennya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, efisiensi tensinya berartl rendah.

Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah :
a.    Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.
b.    Bagaimana sarana dan prasarana kependidikan difungsikan.
c.    Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
d.    Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
4.      Masalah Relevansi Pendidikan
                Masalah relevansi pendidikan mencakup seberapa jauh pendidikan memberikan sumbangsih terhadap pembangunan negara. Sebenarnya kriteria relevansi seperti dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut :
·         Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam – macam kualitasnya.
·         Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan iuran siap pakai. Yang ada ialah sikap kembang
·         Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratan yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh lembaga – lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia.
Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing – masing dikatakan teratasi jika pendidikan :
·         Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: Semua warga negara yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
·         Dapat mencapai hasil yang bermutu, artinya: Perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
·         Dapat terlaksana secara efisien, artinya: Pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
·         Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.





0 komentar:

Posting Komentar