Pendidikan
merupakan salah satu tonggak kemajuan bangsa. Pendidikan diharapkan menjadi
wadah untuk mencetak generasi penerus bangsa yang dapat membawa Indonesia untuk
bersaing dengan negara maju lainnya di dunia. Namun, untuk mencetak generasi
penerus bangsa yang berkualitas tidak semudah membalik telapak tangan. Begitu
banyak rintangan dan banyak perbaikan sana-sini untuk mencapai tujuan utama.
Masalah
utama dari pendidikan di Indonesia yang hingga saat ini masih belum dapat
diatasi adalah masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah
efisiensi pendidikan, dan masalah relevansi pendidikan.
1.
Masalah Pemerataan Pendidikan
Pendidikan di Indonesia masih
belum bisa memberikan kesempatan kepada seluruh anak negeri untuk mendapatkan
pendidikan yang setara. Tidak usah kita mencari contoh yang jauh, cukup yang
dekat daja semisal di Malang. Kota Malang dengan segala fasilitasnya dan
dipandang lebih maju dari kota-kota kecil lainnya (seperti Probolinggo dan
Pasuruan), ternyata masih memiliki sekolah yang tidak terawat, tidak memiliki
fasilitas lebih, dan siswa-siswanya yang masih tidak mengenakan sepatu.
Padahal, lokasi sekolah cukup dekat dengan pusat kota. Miris bukan? Hal inilah
yang masih menjadi masalah krusial bangsa Indonesia. Padahal, sudah tertulis di
undang-undang bab XI, pasal 17 bahwa “Setiap
Indonesia rnempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi
murid suatu sekolah jika syarar-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan
pengajaran pada sekolah itu dipenuhi.”
Masalah
pemerataan pendidikan dipandang penting bagi anak-anak, agar mereka dapat
mengenyam bangku sekolah dasar. Karena dari sekolah dasarlah mereka mendapatkan
kemampuan membaca, menulis dan menghitung sehingga mereka dapat mengikuti
perkembangan informasi maupun teknologi yang semakin dinamis.
2.
Masalah Mutu Pendidikan
Mutu
pendidikan akan dipermasalahkan jika pendidikan belum mencapai hasil yang
diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga
penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem
sertifikasi. Selanjutnya jika luaran rersebut terjun ke lapangan kerja
penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem
tes unjuk kerja.
Pada akhirnya, mutu pendidikan
dilihat dari kualitas keluarannya. Hingga saat ini, untuk mengukur kualitas
output, pendidikan Indonesia masih mengasosiasikannya dengan hasil belajar
seperti Ujian Nasional, SBMPTN, SIPENMARU, dsb. Nilai-nilai tersebut masih
digunakan untuk menggambarkan hasil pendidikan Indonesia.
Padahal, jika Indonesia masih
menerapkan hasil belajar sebagai tolak ukur kualitas outputnya, maka cenderung
orang-orang akan terfokus kepada nilainya sehingga mereka dapat melakukan
berbagai cara agar hasil belajar mereka menjadi terlihat cemerlang. Ini sama
halnya dengan memikirkan kuantitas daripada kualitas. Mengapa? Iya jelas karena
mereka mau melakukan apapun demi hasil belajar mereka menjadi yang terbaik.
Sebagai contoh saja, sudah menjadi rahasia umum bahwa pada pelaksanaan Ujian
Nasional terdapat beberapa oknum yang menjual kunci jawaban Ujian Nasional
kepada siswa, bahkan kepada guru. Hal ini mereka lakukan agar nilai Ujian
Nasional mereka menjadi yang terbaik. Untuk sekolah yang rela melakukan
transaksi jual beli kunci jawaban ini, semata untuk menjaga akreditasi sekolah
agar tidak turun.
Inilah yang harus segera
ditindak lanjuti. Bukan hanya menindak lanjuti para oknum-oknum penjual kunci
jawaban, tetapi juga menindak lanjuti sistem pengukuran kualitas output
pendidikannya.
3.
Masalah
Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan
bagaimana suatu system pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran
dikatakan efisiennya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, efisiensi tensinya
berartl rendah.
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah :
a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.
b. Bagaimana sarana dan prasarana kependidikan difungsikan.
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah :
a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.
b. Bagaimana sarana dan prasarana kependidikan difungsikan.
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
4.
Masalah
Relevansi Pendidikan
Masalah
relevansi pendidikan mencakup seberapa jauh pendidikan memberikan sumbangsih
terhadap pembangunan negara. Sebenarnya kriteria
relevansi seperti dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi
sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara
lain sebagai berikut :
·
Status lembaga
pendidikan sendiri masih bermacam – macam kualitasnya.
·
Sistem
pendidikan tidak pernah menghasilkan iuran siap pakai. Yang ada ialah sikap
kembang
·
Peta kebutuhan
tenaga kerja dengan persyaratan yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh
lembaga – lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia.
Dari keempat macam masalah pendidikan
tersebut masing – masing dikatakan teratasi jika pendidikan :
·
Dapat menyediakan
kesempatan pemerataan belajar, artinya: Semua warga negara yang butuh
pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
·
Dapat mencapai
hasil yang bermutu, artinya: Perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat mencapai
hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
·
Dapat
terlaksana secara efisien, artinya: Pemrosesan pendidikan sesuai dengan
rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
·
Produknya yang
bermutu tersebut relevan, artinya: Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan.
0 komentar:
Posting Komentar