2019 Bukan Pesta
‘Democrazy’ Bagi Generasi Millenial Islami
(Oleh : Rizky Yahya/Matkom
VI B)
Tidak terasa lima tahun
sudah berlalu. Ungkapan itu yang mungkin muncul dari benak diri kita setelah
merasakan suasana pemilu 2014 yang penuh dengan kontroversi. Pemilu yang
bertujuan untuk memilih satu pemimpin untuk memimpin negeri berubah menjadi
perpecahan antara dua kubu yang mendukung masing-masing paslon. Meskipun sudah
4 tahun lebih sejak Presiden Joko Widodo di lantik hingga sekarang masih tidak
ada tanda-tanda kedatangan persatuan untuk saling menghargai satu sama lain.
Lantas, bagaimana peran kita sebagai generasi pemuda muslim yang belum ikut
serta dalam pemilu 2014 dalam menghadapai pesta demokrasi lima tahunan ini?
Akankah kita mengikuti orang-orang terdahulu yang mendukung dengan cara yang
salah sehingga menambah perpecahan? Mampukah kita merubah tradisi ini sehingga
tidak perlu ada perpecahan lagi di masa yang akan datang?
Indonesia memiliki asas
LUBER JURDIL dalam pemilu dan pileg yang diadakan. LUBER JURDIL merupakan
singkatan dari Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil. Sebenarnya, jika
kita semua menerapkan asas rahasia dan saling menghargai, maka tidak akan ada
perpecahan yang terjadi di setiap pemilu karena pilihan ada dalam hati setiap
individu yang tidak perlu dipublikasikan sehingga tidak memicu perdebatan
karena perbedaan pilihan. Mengutarakan pilihan sebenarnya sah sah saja selama
dengan cara yang baik, santun, dan rendah hati. Namun, kenyataannya tidak
sedikit para pendukung saat ini hanya bisa mencela dan memfitnah paslon lawan.
Hal ini sangat bertentangan dengan ajaran islam karena menghina dan memfitnah
itu dilarang oleh Allah SWT.
Perpecahan merupakan hal
yang dibenci oleh Allah SWT khususnya bagi umat islam. Allah berfirman dalam
surat Al-Maidah ayat 103 yang artinya : “Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali [agama] Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
[masa Jahiliyah] bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Ayat diatas seharusnya
cukup untu menjadi alasan bahwa kita Bangsa Indonesia dengan mayoritas umat
islam tidak perlu mengorbankan persatuan dan kesatuan bangsa tercinta ini.
Persatuan bangsa ini terlalu mahal apabila terpecah hanya karena masalah perbedaan
pilihan politik. Peran remaja muslim saat ini sangat dibutuhkan untuk
menyelesaikan polemik yang mengancam persatuan bangsa ini. Langkah kecil yang
harus dilakukan oleh remaja muslim saat ini adalah dengan berprasangka baik
terhadap kedua pasangan calon bahwa mereka sedang berjuang untuk memperbaiki
negara ini sehingga kita hanya perlu mendukung mana yang lebih baik dengan
tidak mencela pasangah calon yang lain.
Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT dalam QS. Hujurat ayat 11-12 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah
suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain [karena] boleh jadi mereka [yang
diolok-olok] lebih baik dari mereka [yang mengolok-olok] dan jangan pula
wanita-wanita [mengolok-olok] wanita-wanita lain [karena] boleh jadi wanita-wanita
[yang diperolok-olokkan] lebih baik dari wanita [yang mengolok-olok] dan
janganlah kamu mencela dirimu sendiri [1] dan janganlah kamu panggil memanggil
dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah [panggilan] yang
buruk sesudah iman [2] dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim. (11) Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. (12)”.
Sesuatu yang dapat kita
pelajari dari ayat diatas adalah berprasangka baik dan tidak mencela orang lain
karena yang kita pilih belum tentu lebih baik dan yang kita cela belum tentu
lebih buruk. Rencana terbaik adalah rencana Allah SWT sehingga siapapun yang
kita dukung, kita tidak akan pernah merasa sombong dan tetap rendah hati serta
yakin siapapun yang terpilih adalah yang terbaik menurut bangsa ini.
Islam berasal dari kata ‘salaam’ yang artinya damai. Al-Qur’an merupakan
pedoman yang dipakai oleh umat islam dalam menjalankan kehidupan di dunia, maka
Al-Qur’an pasti mengajarkan tentang perdamaian sehingga tidak seharusnya ayat
Al-Qur’an dimanfaatkan untuk menebar kebencian. Jika esensi Al-Qur’an
diterapkan dengan sebenar-benarnya, maka bangsa ini tidak akan mudah terpecah
belah dan pemilu akan terlaksana dengan damai. Peran pemuda muslim diharapkan
mampu mengembalikan esensi Al-Qur’an agar terciptanya pesta demokrasi yang
damai bukan pesta ‘democrazy’ yang
rusuh.